Mantan Presiden BJ Habibie menceritakan kisah awal pengembangan pesawat terbang di Indonesia. Mantan Menristek ini memulainya setelah ia pulang dari Jerman.
Mantan Presiden BJ Habibie menceritakan kisah awal pengembangan pesawat terbang di Indonesia. Mantan Menristek ini memulainya setelah ia pulang dari Jerman
Setelah balik dari Jerman di 1974, BJ Habibie langsung bersama 20 orang pekerja mengembangkan riset dan pembuatan pesawat. Tepatnya, 10 tahun setelah di Indonesia atau tahun 1984 akhirnya membuahkan hasil.
Ia berhasil menyelesaikan pengembangkan pesawat CN-235, hasil kerjasama lisensi yang dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol dan IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) kepada Soeharto yang saat itu menjabat Presiden.
Pada tahun 1974, Indonesia mendapat anugerah kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga ini membuat pendapatan negara melonjak, diantaranya digunakan untuk pengembangan pesawat buatan dalam negeri.
"Buat pesawat dari uang minyak tahun 1974. 10 tahun ke depan di tempat dan bulan yang sama di 1984. Saya hadiahkan CN-235 ke Presiden Soeharto," tutur Habibie pada acara Wirausaha Muda Mandiri di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (17/1/2013).
Berangkat dari keberhasilan itu, Soeharto saat itu sangat senang dengan keberhasilan Habibie. Soeharto pun memberikan hak istimewa kepada BJ Habibie untuk mengembangkan industri dan lembaga strategis mulai dari senjata, kereta, nuklir, riset dan teknologi.
"Saya (Soeharto) akan bebaskan kamu buat apa-apa. Tapi janji satu, jangan buat revolusi, karena rakyat mu tidak mampu mengurusi revolusi lagi," tutur Habibie menirukan perkataan Soeharto saat itu.
![[Image: bj-habibi%20%5Benstein09.blogspot.com%5D.jpg]](http://www.rimanews.com/sites/default/files/imagecache/article/bj-habibi%20%5Benstein09.blogspot.com%5D.jpg)
Setelah balik dari Jerman di 1974, BJ Habibie langsung bersama 20 orang pekerja mengembangkan riset dan pembuatan pesawat. Tepatnya, 10 tahun setelah di Indonesia atau tahun 1984 akhirnya membuahkan hasil.
Ia berhasil menyelesaikan pengembangkan pesawat CN-235, hasil kerjasama lisensi yang dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol dan IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) kepada Soeharto yang saat itu menjabat Presiden.
Pada tahun 1974, Indonesia mendapat anugerah kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga ini membuat pendapatan negara melonjak, diantaranya digunakan untuk pengembangan pesawat buatan dalam negeri.
"Buat pesawat dari uang minyak tahun 1974. 10 tahun ke depan di tempat dan bulan yang sama di 1984. Saya hadiahkan CN-235 ke Presiden Soeharto," tutur Habibie pada acara Wirausaha Muda Mandiri di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (17/1/2013).
Berangkat dari keberhasilan itu, Soeharto saat itu sangat senang dengan keberhasilan Habibie. Soeharto pun memberikan hak istimewa kepada BJ Habibie untuk mengembangkan industri dan lembaga strategis mulai dari senjata, kereta, nuklir, riset dan teknologi.
"Saya (Soeharto) akan bebaskan kamu buat apa-apa. Tapi janji satu, jangan buat revolusi, karena rakyat mu tidak mampu mengurusi revolusi lagi," tutur Habibie menirukan perkataan Soeharto saat itu.
0 komentar:
Post a Comment