……kemarin
pagi-pagi sekali sengaja saya jalan-jalan dengan anak saya “Raffa Wira”, di
tengah jalan ketemu dengan seorang penjual lampu “teplok” yang cara
menyalakannya pakai sumbu dan minyak tanah…pikir saya, hari gini jualan gitu
apa ya laku ya…wong jaman sudah maju semua pakai listrik…dalam hati. Waktu saya
lewat tempat itu lagi, …gila men, pedagangnya sedang dirubung sama pembeli
setelah saya selidiki gara-gara banjir, tempat itu sudah 3 hari listriknya mati
sehingga sangat membutuhkan alat itu. (Desember 2007).
Dari cerita diatas,
profesi menjual sangat dibutuhkan masyarakat, terkadang kalau kita datang ke
sebuah instansi atau komunitas dianggap sebagai makhluk pengganggu sehingga
belum sempat kita minta ijin presentasi sudah diusir, biasanya kalau kita tidak
buat janji dulu. Kemampuan negosiasi dan melihat situasi, menjadi penting
disini.
Disamping semua itu,
yang namanya “salesman” tetap akan dibutuhkan, ketakutan kalau gak jadi beli
dari calon pembeli kita yang menyebabkan mereka cenderung menolak kedatangan
kita, dibeberapa tempat mereka para salesman kadang mengaku dari team survey,
team promosi, team layanan komplain dan tidak mau menyebut langsung sebagai
penjual walaupun mereka ujung-ujungnya tetap jualan. Strategi penjualan retail
ini dilakukan setelah mereka benar-benar diterima dan mereka tidak dalam
kondisi yang menolak, menunggu timing untuk presentasi yang sesungguhnya.
Untuk bisa berhasil
di bidang penjualan kita harus mencintai prosesnya, dan membayar harga (resiko)
nya :
Proses pertama, memperkenalkan produk atau presentasi, produk tertentu yang memang sudah familiar di lapangan akan sangat mudah di kenali oleh calon pelanggan kita, namun tetap saja harus ada penjelasan ulang tentang keuntungan dan kelebihannya apalagi produk kita masih baru tentu harus lebih jeli lagi dengan kelebihan-kelebihannya. Secara sadar kebutuhan orang kita ciptakan, dengan memberikan kelebihan produk kita, sehingga kita dalam jalur pemberi solusi karena tidak ada produk itu diciptakan dengan sempurna.
Dalam presentasi
seringkali terjadi tanya jawab, sebagai seorang salesman sekaligus konsultan
tentu kita tidak boleh menyampaikan dengan nada menyerang, menjelekan. Walapun
produk kita benar-benar lebih bagus dari competitor, seharusnya kita punya
strategi cara membandingkan agar calon pelanggan kita yang kebetulan memakai
produk tersebut tidak merasa tersinggung.
Proses kedua, Setiap
produk pasti punya sales point yang bisa menjadi “senjata” kita untuk terus
kita “dengungkan” agar tercipta image positif dalam benak calon pelanggan kita.
Semisal kata-kata : Murah, Gratis, Tanpa Syarat, Bonus dan sebagainya, tentu
harus sesuai dengan program yang ditawarkan. Dalam proses ini biasanya akan ada
argument dengan produk competitor, jadi ini gunanya mengapa kita harus memiliki
informasi tentang produk competitor.
Dalam proses ini
diharapkan kita menemukan kebutuhan calon pelanggan kita, mungkin ambil
murahnya, ambil gratisnya, atau ambil program bonusnya. Resiko di proses ini
kita mungkin di tolak juga, sehingga kita kita harus mempersiapkan juga teknik
mengakhiri presentasi yang mungkin berkelanjutan dengan maksud untuk mengadakan
follow up dihari berikutnya. Persiapkan juga terhadap “pendatang” yang belum
pernah dengar presentasi kita tapi langsung menghakimi bahwa produk kita tidak
bagus. Terkadang kita harus dengarkan dulu apa penyampaian dia, pasti ada celah
kita “mengcounter” pembicaraannya.
Proses ketiga,
Closing. Banyak teknik closing yang sering diajarkan dalam sebuah training
sales skill, mulai dengan pilihan 2 atau 1, KTP atau SIM yang intinya pilihan
yang tetap menguntungkan bagi kita salesmannya, Namun ada hal yang harus di
cermati juga timing yang tepat seperti kisah penjual “teplok” diatas dia
menjual di saat kondisi dan tempat yang tepat sehingga dagangan yang mungkin
disaat biasa tidak laku namun ternyata menjadi prioritas calon pembeli didaerah
itu.
Cerita pedagang
“teplok” diatas menjelaskan kepada kita bahwa kita harus optimis terhadap apa
yang kita jual, sebaik apapun produk competitor pasti ada kelemahannya dan
mungkin produk kita mewakili keinginannya. Memasarkan di tempat yang tepat,
kita harus jeli, perusahaan kita pasti sudah men-setting sedemikian rupa calon
pelanggan nya, tentu kita harus segera temukan agar penerimaan dan closing
semakin mudah. Orang mungkin tidak tertarik dengan masalah gratis atau murah,
namun lebih memilih “gengsi”. Ada
juga lebih ke merk, atau orang yang benar-benar jeli dengan untung dan ruginya
sebuah produk. Jadi tidak ada alasan untuk gagal menjual, semua produk ada
marketnya.
….dan Salesman
memainkan peran yang sangat PENTING, dalam menentukan pilihan mereka !!